19 Agustus, 2009

APAUN TARUHANNYA

Peranan perlawanan terhadap ideologi!

Memberla ideologi suci tak akan pernah usai dan sirna. Di setiap masa akan lahir revolusioner baru yang akan terus berjuang dengan penuh kesadaran dan semangat tinggi. Dunia tak akan pernah sepi dari peruangan mereka, dan Allah akan senantiasa bersama dengan mereka …. Isya Alah akan diberikan belahan dunia, semangat perlawanan terhadap ideologi setan yang dianut oleh para penguasa despot ini akan selalu bergema…. Saksikanlah perlawanan mereka yang ada di palestina yang telah menembus setiap jengkal berikade zio terlaknat, meski nyawa sebagai taruhan yang tak terhitung akan kebaikan perilakunya. Dengarlah perjuangan meraka di Moro yang tak henti-hentinya mengalami gempuran pemerintah philipina yang menolak kemerdekaan yang menjalankan syariat islam. Kenanglah para syuhada yang rela mengorbankan diri mereka demi kajayaan islam.


Apaka kita membedakan pandangan ?
Kita mengaku sebagai kaum muslim tak peduli siapapun kita… alim ulama, cendekiawan, pengusaha, buruh, tani, mahasiswa, pelajar, mestilah dengan tulus memperjuangkan islam yang mulia ini. Memberikan kontribusi semampu kita dalam mengupayakan terealisasinya hukum-hukum Ilahi dan tak gentar menghadapi segala tantangan yang akan menerapkan. Perjuangan bukanlah sesuatu yang mudah segala sesuatunya harus dapat diperhitungkan dan dilaksanakan dengan konsep dan perencanaan yang matang.


Setelah peristiwa bom, lagi-lagi umat islam menjadi sasaran ?
Sebetulnya tidak ada pengamat, intel bekas intel muaupun aparat keamanan yang menyebutnya. Tidak secara langsung menyebut umat islam, bahkan jemaah islamiyah terlibat dalam aksi-aksi itu mereka selalu menggunakan istilah, kelompok Noordin.

AM Hendropriyono (mantan kepala BIN) menyebutkan wahabi radikal ?
Itu tendensius sekali, Wahabi itu apa jadi tidak jelas. Kalau yang dimaksud gerakan Syekh Muhammad Abdul Wahujjah yang kita pelajari itu benar. Han sekarang yang dimaksud Wahabi itu apa, justru dengan lontaran semacam itu, persoalan jadi bertambah ruwet.

Apa targetnya ?
Sekali lagi statemen itu tendesius. Wahabi itu memang gerakan agama sekaligus gerakan politik. Jadi kita mewarisi gerakan Wahabi bukan dalam rangka gerakan politiknya. Tapi, bagaimana tulisan-tulisan beliau yag sesuai dengan al-Qur’an, As-Sunnah dan Salafusshalih, itu yang kita ambil.

Apakah pernyataan itu semacam test the water?
Tapi jelas tendensius dan ada semacam sentimen anti Wahabi. Buku Ilusi Negara Islam, jelas menghantam Wahabi, hanya tidak disebut langsung bahwa Jamaah Islamiah sebagai bagian dari Wahabi. Tapi justru Partai Keadilan Sejahtera (PKS) yang jelas ucapan itu sering diucapkan oleh orang-orang yang tidak suka dengan gerakan pemurnian akidah.
Jadi sebenarnya cap buruk kepada Wahabi itu warisan penjajah Barat. Jadi kalau ini perang propaganda, maka harus dihadapi dengan propaganda pula. Tapi, kalau itu dimaksudkan untuk perbaikan bangsa, mari kita jujur. Jadi harus jelas maksudnya apa, agar tidak kontraproduktif.

Yang mengatakan pelakunya umat islam justru dari kalangan islam sendiri?
Jadi memang harus kita pisahkan, islam tidak mengajarkan terorisme. Tapi, perlu juga diketahui bahwa aksi-aksi itu juga tidak dimaksud untuk melakukan terorisme. Maksudnya ?
Kalau aksi-aksi yang dilakukan oleh al-Qaidah, oleh Noordin Top dan Ustadz Mukhlas, itu mereka lakukan atas keyakinan ibadah jihad. Meraka bukanlah orang-orang yang tidak memahami apa itu jihad. Mereka memahaminya dari al-Qur’an, As-sunnah dan sejarahnya. Meraka orang yang paham betul. Saya tahu betul, beberapa dari meraka hafal al-Qur’an 30 juz, hafal beberapa hadits dan menukil pendapat ulama juga bagus. Meraka juga dibimbing oleh ajaran. Meski saya tidak setuju dengan aksinya, tapi kita tidak bisa menafikan bahwa mereka orang yang mengerti.

Mungkinkah boom itu oleh islamophobi karena ketakutan meraka pada partai islam ?
Kemungkinan itu selalu ada. Karena yang dimksud Wahabi, dari buku Ilusi Negara Islam adalah PKS dan HTI disebut-sebut sebagai Wahabi dan transnasional. Justru Jamaah Islamiah tidak disebut secara spesifik. Jadi meski partai-partai islam menang dalam Pilpres jangan merasa aman dulu? Kita lihat saja komitmennya. Sebab dari sejarah kepartaian di Indonesia belum ada partai Islam yang komitmentnya bisa diandalkan. Baik PKS maupun Masyumi di Orde Lama tidak jelas pembelaannya terhadap Islam. Lalu untuk apa menamakan diri sebagai partai Islam? Itu yang perlu dicatat. Masyumi tidak mampu mempertahankan Piagam Jakarta, padahal menang pemilu 195, PKS apa kontribusinya.


Bagaimana dengan jihat di Indonesia?
Memang pada dasarnya Indonesia, dalam strategi global orang kafir, bukan sebagai medan qital. Maka perang pemikiran dan fisik itu di Timur Tengah. Karena Amerika juga membaca sejarah, armageddon dan Thaifah Manshurah itu dimana. Maka sangat naif kalau berpikir lokal.

Tidak ada komentar: